HARI PRIMATA 30 JANUARI

Anak-anak Tak Mengenal Lagi Bekantan Kalimantan
 
“Kalau lagi galau, kena stres, atau metabolisme tubuh sedang terganggu, biasanya monyet ekor panjang atau Macaca fascicularis akan mengatasinya dengan cara melakukan hubungan seksual.”

Kontan, pernyataan yang dilontarkan Bayu Sandi tersebut membuat gelak tawa siswa-siswi, saat di acara talk show “Dunia Primata” yang digelar di ruang kelas 11, Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Tanjung Selor, pada Kamis 29 Januari 2015 pagi.

Saya datang ke acara tersebut. Kegiatannya dipersembahkan oleh Lembaga Sosial Masyarakat Pro Fauna Borneo. Bayu Sandi sebagai pemberi materi membeberkan berbagai pengetahuan mengenai primata-primata yang mulai langka di dunia.

Pasalnya, generasi muda yang tinggal di Kalimantan, belum menguasai fauna apa saja yang asli endemik Kalimantan. Padahal fauna sendiri, juga bagian integral dalam hirarki keseimbangan alam. 

“Monyet khas Kalimantan seperti Bekantan mulai diambang kepunahan. Dalam 20 tahun ke depan kita bisa-bisa tidak bisa lihat lagi Bekantan,” ujar Bayu, yang kini menjabat sebagai Koordinator Pro Fauna Borneo.

Belum lama ini, survei yang dilakukan Pro Fauna, anak-anak asli Kalimantan yang hidup di jaman sekarang sudah tidak tahu lagi apa itu monyet Bekantan, dan bagaimana bentuknya.

 “Survei yang pernah kami lakukan, dari lima sampai sepuluh anak tidak tahu Bekantan. Anak jaman sekarang lebih tahu nama-nama game, atau nama film. Anak-anak kita sudah instan, sudah tidak dekat lagi dengan alamnya,” keluh Bayu.

Pro Fauna Borneo berbagi ilmu mengenai primata di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Tanjung Selor pada Kamis 29 Januari 2015. Acara ini merupakan menyambut hari primata nasional yang jatuh setiap 30 Januari. (photo by budi susilo)

Dia menegaskan, keberadaan primata di bumi harus tetap dijaga. Jika tidak dilestarikan, kehidupan bumi ini akan pincang, terjadi patologi alam, seperti diantaranya kasus pembukaan lahan untuk sawit liar yang mengancam keberadaan orang utan Kalimantan. 

“Tempat orang utan direbut dijadikan kebun sawit. Akhirnya orang utan terancam punah, atau orang utan melakukan pemberontakan, mengacak-acak kebun sawit, merusak rumah warga. Kasus ini pernah ramai di Kalimantan,” ungkap Bayu.    

Karena itu, kata Marlen, Wakil Kepala Sekolah SMK Negeri 1, kegiatan pendidikan fauna ke siswa-siswi penting dilakukan. Karena generasi muda itu, sebagai pewaris kehidupan di masa mendatang. 

“Jangan sampai alam kita di masa mendatang hancur hanya gara-gara generasi muda kita minim pengetahuan. Makanya, kami gelar kegiatannya untuk yang pertama kalinya,” tuturnya.

Apalagi tambahnya, itu acara juga bagian dari merayakan hari Primata Nasional yang diselenggarakan setiap tanggal 30 Januari. “Kita rayakan dengan memberikan wawasan. Supaya mereka kenal faunanya. Kalau sudah kenal, mereka akan sayang,” ujar Marlen.

Acara tersebut dilangsungkan sejak pukul 08.00 Wita dan acara selesai pada pukul 09.30 Wita. Usai acara, Agustina Kama (16) peserta diskusi mengungkapkan, hatinya merasa puas dan senang, sebab mendapat segudang ilmu mengenai dunia fauna. “Meterinya bagus, mudah dimengerti,” kata gadis kelahiran Kampung Metun Sajau ini. ( )


Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN