TRANS KALIMANTAN | KECAMATAN TANJUNG PALAS | KABUPATEN BULUNGAN | KALIMANTAN UTARA

Menjelajah Bekas Longsoran Tanah

LONGSOR. Bencana inilah yang menghiasi sepanjang jalan Trans Kalimantan di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Saya bersama teman lainnya, Erfan, Iwan Setiawan, Norjannah, Putri Susmita, dan Bayu, mendatangi lokasi ini, ingin melihat seperti apa ‘serangan’ longsoran tanah itu, Sabtu 17 Januari 2015.

Pergi ke trek Trans Kalimantan, kami menggunakan sepeda motor, melintasi daratan yang berkelok-kelok, jalanan yang menurun dan mendaki, dan dipenuhi asesoris hutan belantara Kalimantan yang masih sejuk dan rindang, dipenuhi pemandangan hijau alam. 

Dan ternyata benar, setiba di lokasi ada lima jalan yang ternoda longsoran tanah. Lokasi ini, kami bisa temui di sepanjang jalur Trans Kalimantan, Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan. 

Kebanyakan, longsoran tanah hanya mengotori jalanan Trans Kalimantan. Karena pinggiran jalan adalah tebing hutan, maka saat terjadi longsor tanah liat turun ke aspal jalan. Hal yang paling parah berada di jalan kilometer 30, hingga amblas.

Saat itu, di kilometer 30 saya berjumpa dengan seseorang yang tampak sibuk di tengah-tengah kubangan tanah lumpur. Dialah, Marthen Languyu (40), supir truk, yang sedang berusaha membuka jaring penutup bak truknya. 

Jaring yang ia miliki itu, akan digulung melilit agar membentuk sebuah tali memanjang, yang nantinya akan ia gunakan sebagai tali derek truknya yang terjebak di kubangan lumpur longsor.
Saat melintas di medan berlumpur, truknya mendadak terhenti. “Truk saya tidak bisa bergerak. Kena tanah liat. Ban susah digelindingkan,” ujarnya. 

Berada di lokasi longsoran tanah Jalan Trans Kalimantan di Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara pada Sabtu 17 Januari 2015. Longsoran tanah ini disebabkan hujan deras dengan durasi yang sangat lama. (photo by muhammad arfan)

Wajar saja truknya terperangkap di ceceran lumpur tanah liat, karena truk yang bernomor polisi KT 8799 HA tersebut, mengangkut delapan ton kelapa sawit. 

Beban yang berat ini, tuturnya, mempengaruhi tekanan sehingga roda truk terjerembab lebih dalam ke lumpur tanah liat. 

Kejadian itu, ujar Marthen, telah berlangsung sejak pukul 15.00 Wita, yang berlokasi di Jalan Trans Kalimantan kilometer 30, Dusun Sei Urang, Desa Pejalin, Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan. 

Dia, yang hanya berkaus singlet coklat sudah hampir satu jam lebih di lokasi kejadian, sesekali juga terlihat sibuk menggali tanah liat yang mengelilingi ban truknya dengan alat skop. 

Namun usaha dia tidak membuahkan hasil yang maksimal. Roda truknya yang berjumlah enam tetap tersangkut, merekat erat di lumpur tanah liat. 

Begitu pun, alat komunikasi yang dia miliki seperti handphone tidak berfungsi karena tidak ada jaringan sinyal telekomunikasi, sekali pun menggunakan sinyal dari sebuah produk yang mengaku sudah terkenal dan terbesar.   

Terpaksa, ia hanya mampu mengandalkan pertolongan dari pengendara yang melintas di jalan tersebut. Biasanya, kata dia, teman-teman supir truk yang lain sering melintas di jalur yang sama.

“Saya hanya bisa berharap pada mobil truk yang melintas di jalan sini, yang mau membantu menarik truk saya dari jebakan kubangan lumpur ini,” kata Marthen, pria perantau asal Minahasa, Sulawesi Utara ini.

Sebenarnya, di jalur Trans Kalimantan yang sering dia lewati rawan terjadi tanah longsor. Biasanya, berdasarkan pengalaman Marthen, yang telah 12 tahun menetap di Kabupaten Bulungan, kala turun hujan deras, pinggir Jalan Trans Kalimantan Tanjung Palas yang bertebing tanah dan ditumbuhi pepohonan sering mengalami erosi, tanahnya longsor.  

Setiap tiga kali dalam seminggu melintas di jalur ini, dia sering temukan titik-titik tanah longsor yang jatuh ke jalan raya, yang sangat membahayakan pengguna jalan. 

“Kejadian yang ini, yang paling parah. Truk saya sampai tidak bisa bergerak sama sekali. Padahal saya mau cepat-cepat kirim kelapa sawit ke Binai, Tapi mau bagaimana lagi, yang penting berusaha untuk cari selamat dahulu,” ungkapnya. 

Singkat cerita, sekitar pukul 17.00 Wita, Marthen mendapat pertolongan. Secara kebetulan ada pengendara truk berbadan besar melintas, kesempatan inilah yang kemudian oleh Marthen, untuk membawa keluar truknya dari jeratan lumpur longsor Tanjung Palas.  

Berdasarkan laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bulungan, terjadinya tanah longsor di hari Jumat 16 Januari 2015, pada pagi dini hari. 

Sebelum ada tanah longsor, di daerah ini didahului peristiwa turunnya hujan dengan intensitas yang deras dan waktu yang lama, yang kemudian terjadilah tanah longsor di lima titik.

Bagian tanah longsor yang terparah berada di Jalan Trans Kalimantan kilometer 30, yang masuk dalam kawasan Desa Pejalin, Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan.

Pengamatan pada pukul 16.00 Wita, di lokasi kilometer 30, terdapat jalan aspal yang putus, jatuh ke samping jurang. Jalan aspal yang amblas itu panjangnya sekitar delapan meter.

Namun sebagai langkah alternatif, ada dari perusahaan Waskita yang berupaya membantu dengan membuka jalan alternatif dengan cara mengeruk tebing di bagian sampingnya, disulap menjadi jalan baru, meski pun dalam kondisi berlumpur tanah liat. 

Upaya pembukaan jalan baru tersebut berlangsung pada sore harinya, pasca kejadian tanah longsor di pagi harinya. Sampai berita ini ditulis, belum ada laporan korban jiwa, yang sampai merenggut nyawa.

Marthen seorang supir truk sawit asal Kota Manado yang terjebak di longsoran kilometer 30 Desa Pejalin Jalan Trans Kalimantan di Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara pada Sabtu 17 Januari 2015.  (photo by budi susilo)

Senada dengan pengguna jalan yang lain, Amos Ambun (49), merasakan hal yang sama. Pria yang kini bekerja sebagai pamong desa Pim Ping, mengungkapkan, sebagai pengguna jalan, dirinya menyimpan gejolak cemas, memiliki rasa sangat tidak nyaman karena medan jalan yang dilintasinya berbahaya, sangat rawan bencana longsor.

“Bagaimana kalau mereka yang jalan di malam hari. Lalu pas kebetulan hujan deras, siap-siap kena jebakan tanah longsor. Sebaiknya jangan jalan malam. Alam disini tidak berbatu, tetapi tanahnya lembek, rawan longsor,” tutur Amos, pria asal Dayak Kayan ini.

Itulah pekerjaan rumah bersama. Setidaknya kita mesti memikirkan secara masak, untuk  mencari jalur lain, yang lebih aman dan nyaman untuk dilewati. Entah itu jalur darat alternatif, atau pun melalui perairan sungai. ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I