PELAMPUNG RENANG ANGSA | PANTAI MONPERA | BALIKPAPAN | KALIMANTAN TIMUR
Bertopi biru, Suwito (66),
di bawah terik matahari yang menyengat sedang menata pelampung renang miliknya,
yang berjumlah puluhan di pinggiran Pantai Monpera (Monumen Perjuangan Rakyat).
Setiap harinya, Suwito di
Pantai Monpera melakoni sebagai tukang sewa pelampung renang. Barang
pelampungnya menyerupai binatang angsa putih, disewa dengan tarif Rp 10 ribu pakai
sepuasnya.
“Sekarang lagi sepi. Sabtu
dan Minggu biasanya ramai,” ujarnya kepada saya, pada Jumat 26 Desember 2014.
Menurutnya, pelampung renang
sangat dibutuhkan bagi para pengunjung pantai, terutama anak-anak. Fungsinya
sebagai sarana pelengkap kenyamanan renang.
Suwito penyedia jasa pelampung renang Pantai Monpera (photo by budi susilo) |
“Buat berenang di pinggir
pantai. Pakai pelampung ini bisa buat senang anak-anak,” tutur Suwito, yang
baru dua bulan lebih menggeluti bisnis sewa pelampung renang ini.
Ia menambahkan, menjalankan
bisnis sewa pelampung renang tidak semudah yang dibayangkan, sebab selalu saja
menemui kendala. Di antaranya, pelampung sering rusak oleh konsumen.
Pelampung yang dia sewakan
itu sering bolong-bolong kena karang, atau benturan benda lancip lainnya saat
dipakai renang. Namun, Suwito tidak menutut ganti rugi kepada konsumennya.
“Sampai sekarang pelampung
yang rusak sudah mencapai 15. Jelas saya rugi, tapi ini risiko saya,” katanya
yang saat itu mengenakan baju kemeja merah.
Dia tinggal di Kota
Balikpapan baru terhitung satu tahun. Pria ini asalnya bukan dari Kalimantan
Timur, tetapi orang dari Kwitang Kota Jakarta, yang merantau ke bumi Borneo.
“Disini (Pantai Monpera)
saya bersama istri berjualan makanan dan menyewakan alat pelampung renang,”
kata Suwito.
Dia
berdagang di pantai Monpera tidaklah gratis. Setiap bulannya, Suwito diwajibkan
oleh pihak militer angkatan darat Kaltim selaku pengelola Monpera, untuk membayar
iuran lahan dagangan. “Tiap bulannya harus bayar Rp 250 ribu,” ujarnya. ( )
Komentar
Posting Komentar