BUANG JENUH JUMANA MEMASAK SUP

Buang Jenuh 
Jumana Memasak Sup

SIANG itu, Jumana Ibrahim (35) sedang sibuk sendiri memasak sup di sebuah ruangan khusus yang ada di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Kota Balikpapan, Jalan Sosial Tengah, Kelurahan Lamaru, Kecamatan Balikpapan Timur, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.

“Saya masak sup. Sup khas dari Arab,” ungkapnya saat ditanya pada, Rabu 17 Desember 2014 sore.

Jumana yang mengenakan busana muslimah serba hitam ini merupakan satu di antara perempuan pengungsi yang berasal dari negara Palestina. Jumana, tidak sendiri tinggal di kantor Rudenim.

Dia bersama suami dan dua anaknya tinggal di Rudenim Balikpapan karena terjaring oleh pihak imigrasi Indonesia dan kini menetap di Rudenim Kota Balikpapan.

Sementara di sebuah lorong depan kamar pengungsi tampak dua anak perempuan sedang menikmati hidangan masakan mi instan. Kedua anak ini adalah Ranim, masih berumur lima tahun dan Huzein menginjak usia tujuh tahun.

 “Makan mie. Enak,” kata Ranim, memamerkan santapannya kepada tribunkaltim. Ranim dan Huzein adalah anak kandung dari Jumana. “Iya ini anak saya,” kata Jumana.

Jumana sedang memasak sup di sebuah ruangan yang ada di Rudenin Balikpapan Kalimantan Timur pada Rabu 17 Desember 2014 (photo by budi susilo)

Warga lainnya, Saidsahir Hadas (43), pun mengalami hal serupa. Pria asal Palestina ini, untuk sementara tinggal di Rudenim. Pantauan tribunkaltim, Said hanya beraktivitas di seputaran Rudenim, melakukan aktivitas olah-raga sepak bola.

“Dari Palestina. Mau cari tempat (negara) yang aman,” katanya, saat berkesempatan menemui tribunkaltim.

Pengakuan seorang pegawai Rudenim yang mendampingi saya, menjelaskan, para pengungsi ini, dalam menghilangkah kejenuhan melakukan kegiatan berbagai macam. 

“Biar tidak jenuh mereka ada yang berolah-raga, atau ngobrol-ngobrol dengan temannya,” tuturnya. 

Rudenim Balikpapan Melebihi Kapasitas
Berdasarkan data yang diolah dari pihak Rudenim sampai awal Desember 2014 ini, warga pengungsi dari luar negeri sudah mencapai jumlah 147 orang. 

Jumlah ini, menurut pengakuan dari Kepala Rudenim Balikpapan, Kartana, sudah melebihi kapasitas Rudenim. “Idealnya Rudenim ini hanya boleh menampung 144 orang,” katanya.

Namun, jelasnya, karena dalam kondisi darurat, maka Rudenim menambah daya tampung. “Kami dapat kiriman dari Rudenim daerah lain. Di daerah lain sudah ada yang kelebihan orang,” ujar Kartana.

Sejauh ini, ungkap Kartana, para pengungsi dalam kondisi baik. Semua kebutuhan logistik makanan dan minuman serta pakaian diperoleh secara cuma-cuma dari sebuah organisasi imigrasi international. 

Dua anak Jumana yang sedang asik menyanta mie instan di rudis Rudenim Balikpapan pada Rabu 17 Desember 2014. (photo by budi susilo)
“Kalau kami (rudenim) hanya menyediakan tempat. Kami menjamin keamanan ketat. Terjaga baik dan nyaman,” promo Kartana.

Menurutnya, para pengungsi yang kini menetap di Rudenim Balikpapan sedang menunggu dari pihak UNHCR, yang akan memberi sarana ke para pengungsi berupa pengakuan kewarganegaraan di negara-negara berkembang.

“Indonesia tidak meratifikasi pengakuan warga negara pengungsi. Jadi para pengungsi ini tidak punya hak menjadi warganegara Indonesia,” katanya. ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I