PUASA MELATIH KESABARAN
Puasa Melatih Kesabaran
PUASA ramadhan itu
membantu meningkatkan iman dan takwa umat muslim. Berpuasa mampu menghadang
hawa nafsu yang tak terkendali. Berpuasa itu sama saja berperang melawan hawa
nafsu.
Menurut Ustad Jaenal
Muttaqin Gufran, dalam taushiyah sebelum berbuka puasa di Masjid Agung Al
Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Selasa, 8 Juli 2014, bahwa perang
badar pun berlangsung saat momen puasa ramadhan.
Sejarah mencatat,
perang badar adalah perang qubra, atau perang besar yang dialami oleh umat
muslim. Perang badar ini bentuk dari perjuangan umat muslim melawan kaum kafir
quraisy.
Dalam peperangan ini,
dinilai tidak seimbang. Sebab personel serdadu umat muslim lebih sedikit
ketimbang dari pihak lawan kafir quraisy.
Perbandingannya,
pasukan umat muslim hanya berjumlah tiga ribuan orang, sedangkan di pihak
pasukan quraisy mencapai 10 ribu pasukan.
“Perang berlangsung
di puasa ramadhan. Di perang Badar ini, umat muslim berperang sambil berpuasa
juga,” ungkapnya.
Namun dalam
peperangan yang tak sebanding tersebut, ternyata tak disangka dimenangkan oleh
kubu umat muslim. Pasukan quraisy yang berjumlah banyak malah kalah. “Allah SWT
mmeberi kekuatan pasukan muslim,” tuturnya.
Usai memenangkan
pertempuran, ketika di siang hari masih dalam kondisi berpuasa, rasul pun
berbincang dengan para sahabat. “Wahai sahabat kita ini sebenarnya baru saja
berperang kecil. Sebenarnya kita akan menuju ke sebuah perang besar.”
Para sahabat yang
mendengar pernyataan dari rasul tersebut merasa terheran-heran. “Perang apa
yang dimaksud, ya rasul,” tanya sahabat. Rasul pun menjawab, bahwa perang jihad
yang besar dimaksud adalah perang melawan hawa nafsu.
Sebab orang yang jago
atau yang kuat itu bukan yang mampu melawan dan mengalahkan musuh berwujud
manusia, namun mereka yang hebat adalah yang mampu mengalahkan hawa nafsu yang
menyesatkan.
Kata Ustad Jaenal,
nafsu ialah semacam makhluk yang diciptakan Allah. Rasul sendiri pun memiliki
nafsu tetapi nafsunya dapat dikelola baik oleh Rasul sehingga nafsunya tidak
menjerumuskan Rasul ke lubang hitam, tetapi memberikan manfaat.
Sebagai contoh,
ungkap Ustad Jaenal, persoalan rumah tangga sering diselumuti hawa nafsu yang
negatif. Umur rumah tangga yang didominasi hawa nafsu tidak akan berlangsung
lama. “Suami istri bercerai karena nafsu lebih berkuasa,” tuturnya.
Nafsu itu diibaratkan
seperti api. Jika api itu mampu dikendalikan dengan baik, maka akan memberikan
manfaat. Tapi apabila api tidak terkendali maka akan membakar, menghangsukan,
dan menghancurkan segalanya. ( )
Komentar
Posting Komentar