SANDIWARA PUASA
Sandiwara Puasa
RAMADHAN bulan penuh
rahmat. Ramadhan bulannya ibadah puasa. Ramadhan ibadah puasa yang wajib
dilakukan oleh setiap muslim, baik itu pria maupun wanita, tak memandang suku
dan bangsa.
Sebelum berpuasa
Ramadhan, pada malam harinya, atau usai sholat Isya, kaum muslim menunaikan
ibadah sholat sunnah Tarawih berjamaah. Ya, inilah keistimewaan bulan Ramadhan.
Ramadhan bulan yang
menggembirakan. Inilah kesan buat mereka orang-orang yang beriman dan bertakwa.
“Sambut ramadhan, ada yang merasa bahagia. Sangat senang bisa berpuasa,” ujar
Ustad Nur Ali pada Sabtu 28 Juni 2014.
Hal itu dia sampaikan
dalam kutbah sholat Tarawih di Mushollah Al Jannah yang berada dibilangan Gang
Makmur Kelurahan Larangan Utara, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang, Provinsi Banten.
Menurutnya, datangnya
ramadhan ditanggapi berbagai macam-macam orang. Ada yang berkategori senang,
jika ramadhan sudah datang.
(sketsa by budi susilo) |
Akan tetapi, dalam
menyambut bulan ramadhan ada juga orang yang merasa acuh tak acuh, tidak tahu
banyak jika akan ada bulan ramadhan. “Hatinya tidak senang kalau ada puasa
ramadhan,” ungkapnya.
Maka, orang-orang
seperti ini, tegasnya adalah, orang yang sungguh merugi. Tidak bisa memperoleh
keberkahan dan kemuliaan di bulan ramadhan.
Sebaliknya, mereka
yang sangat senang menyambut puasa Ramadhan merupakan bagian orang-orang yang
beriman, dan beruntung sebab akan peroleh limpahan pahala dari Allah SWT.
“Mereka yang senang
pada puasa Ramadhan maka dosa-dosanya akan dihapus. Di akhirat nanti akan
dijauhkan dari api neraka,” tuturnya.
Mengutip dari Al
Quran, surah Al Baqarah ayat 183 menegaskan, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Menurutnya, berpuasa
itu punya manfaat banyak. Seperti meningkatkan rasa keimanan dan ketakwaan
kepada Allah. Karenanya sangat merugi mereka yang tidak menunaikannya.
“Orang yang sudah baligh, hukumnya wajib untuk berpuasa.
Kecuali mereka yang dapat halangan karena sesuatu, bisa mengganti puasanya di
lain waktu, atau membayar sedekah,” urai Ustad Ali.
“Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau
dalam perjalanan (lalu dia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak
hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (Al Baqarah 183-184)
“Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya
(jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, memberi makan seorang miskin.”
(Al Baqarah 183-184)
Kemudian, orang-orang
yang berpuasa pun bisa salah, apabila puasa yang dijalankannya hanya sandiwara
belaka. Puasa hanya sekedar ikut-ikutan, hanya menjaga gengsi. Berpuasa tapi gibah (menggunjing orang) masih jalan,
masih melakukan kebohongan, maka puasanya tidak bernilai.
Puasa itu, tegasnya,
ibarat sarana pembersih hati. Seperti kaca jika tidak dibersihkan maka kaca akan
tampil buram tak dapat dipakai. Begitu pun dengan puasa, sama dengan seperti
alat pembersih hati seseorang.
Jika puasanya
berhasil, dan benar-benar meresapi akan ibadah puasa, maka puasanya akan
bernilai, akan memberi efek bagi keluhuran umat manusia itu sendiri. “Akan menjadi
orang-orang yang soleha,” kata Ustad Ali. (
)
Komentar
Posting Komentar