SEPEDA LIPAT SAYA
Kepincut Si Parut di Pasar Rumput
BUKAN sulap bukan
sihir, sepeda yang saya miliki dapat berubah wujud menjadi lebih mini, lebih
mudah dimasukan ke sebuah ruangan sempit dan sangat sederhana untuk dibawa
kemana-mana.
Ya, inilah sepeda
saya, sepeda lipat namanya. Warnanya yang hitam, tubuh sepeda saya dapat
ditekuk ke bentuk lebih mungil, sehingga mudah ditenteng atau digendong.
Sepeda ini saya
temukan di jejeran sepeda-sepeda yang terparkir di sebuah ruko yang sangat
berdekatan dengan Pasar Rumput Jakarta, pada Sabtu 12 April 2014 lalu.
Di tempat ini, memang telah dikenal sebagai transaksi jual beli sepeda bekas atau baru di DKI Jakarta. Semua model dan merek sepeda, tersedia lengkap di kawasan Pasar Rumput ini.
Sepeda lipat berdiri gagah di atas jalanan aspal Kota Tangerang pada Minggu 11 Mei 2014. Sepeda kayuh sangat layak menjadi alat transportasi sehari-hari. (photo by budi susilo) |
Tentu saja, bagi
mereka yang tahu seluk-beluk dunia sepeda kayuh dan jago tawar-menawar dalam
perdagangan, tentu akan memperoleh keuntungan. Dijamin mereka yang berbelanja
sepeda disini akan meraih harga hemat.
Sepeda lipat yang
saya beli terbilang masih mulus, walau sudah masuk bagian golongan barang
bekas. Dilihat masih tampak seperti barang baru, usai keluar dari pabrik sepeda.
Gaya dan pesona
sepeda lipat saya terlihat trendi. Sebab veleg ban bagian depan berwarna putih,
dan untuk veleg di bagian belakangnya berwarna orange.
Sepeda lipat yang diberinama Parut tampil menawan (photo by budi susilo) |
Fungsi sepeda lipat
saya masih dapat dikatakan paripurna, sebab bisa digunakan untuk jalan-jalan
dengan maksimal, bagian-bagian onderdil sepeda lipat saya tanpa ada kendala
rusak apa pun.
Hanya saja,
kendalanya, bila jalanan tak beraspal, berlubang-lubang, dan jalur tanjakan
curam, maka laju sepeda lipat saya akan terasa tersendat-sendat, mengayuhnya
butuh ekstra semangat.
Si Parut yang merupakan sepeda lipat yang selalu tampil modis (photo by budi susilo) |
Ya, sepeda lipat ini
sudah saya beri nama dengan sebutan si “Parut”. Nama ini diambil dari
kependekan Pasar Rumput, sebab pandangan pertama saya pada sepeda lipat ini
berawal di Pasar Rumput Jakarta.
Nah, untuk sementara, sepeda
lipat saya dimanfaatkan hanya untuk berolah-raga pagi di setiap akhir pekan,
dan belum untuk dibawa pergi ke tempat kerja seperti orang-orang yang sudah
beraliran Bike to Work. Mungkin di
lain waktu saya akan mencobanya, membawa ke tempat kerja, semoga saja ya. ( )
Komentar
Posting Komentar