BLOK M KALA ITU
Blok M Kala Itu
KINCLONG bak
jidat pelawak darto. Bersih rapih, bagai jas safari yang digunakan oleh seorang
mempelai pengantin pria. Indah dipandang seperti panorama alam danau Toba
Sumatera Utara.
Kesan-kesan
itulah yang pernah saya rasakan saat berada di sebuah terminal transportasi
publik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu 29 September 2013
lalu.
Maklum, mungkin
itu masih pagi. Matahari belum tepat di atas kepala. Dan bertepatan dengan hari
minggu, sehingga geliat aktivitas terminal belum terlalu padat oleh masyarakat
dan kendaraan bermotor.
Kan umumnya,
terminal itu berkesan sumpek, kotor, tak beraturan, dan rawan kriminal. Orang
yang datang ke terminal lantaran sedang darurat, membutuhkan alat tumpangan
transportasi umum.
Suasana pagi terminal Blok M pada Minggu 29 September 2013 (photo by budi susilo) |
Jika tak lagi
butuh bus, atau angkutan umum yang lainnya, mungkin orang akan malas berdiam
diri nongkrong berlama-lama di terminal bus kota.
Ya alasannya, untuk
memperoleh rasa nyaman di terminal angkutan umum merupakan barang yang mahal.
Bukan tempat yang cocok untuk bersantai dan mencari hiburan, melepas kepenatan
hidup.
Bising suara
knalpot kendaraan umum. Gaduh teriakan kondektur dan klakson kendaraan. Kebulan
asap gas emisi dari knalpot pun, menambah sesak suasana, dan sangat mengganggu
kesehatan tubuh.
Itulah wajah
Kota Jakarta, yang masih dapat ditemui di negara Indonesia ini. Bagi mereka
yang tak terbiasa dengan atmosfir Kota Jakarta, siap-siap tahan jantung, jangan
kaget.
Jurus sabar
harus dikeluarkan jika jantung kalian tak mau copot dan wajah tak mau berubah
jadi cepot, yang memerah dan tua, karena menahan derita akibat habitat yang
ekstrim. ( )
Komentar
Posting Komentar