WORLD BOOK DAY 2014

Berselancar Di Atas Tumpukan Buku-buku


BELUM lama, hari Bumi dirayakan. Sehari setelahnya, berlanjut memperingati hari Buku, atau World Book Day, pada Rabu 23 April. Bagi mereka yang kutu buku, akan selalu ingat semboyan buku jendela dunia, buku penerang pikiran dan hati.

Yah, tapi kalau saya pribadi sih, mengenai soal hari buku, saya menganggap tak begitu spesial sampai harus mengucapkan Selamat Hari Buku ya !

Pasalnya, belum afdhol banget jikakalau belum punya Buku Nikah, kemudian gembar-gembor mengucapkan yal yel, Selamat Hari Buku hehehe.

Ah, memang dasar, itu sih keluhan golongan orang-orang jomblo akut, hari buku disalahkan, sungguh keblinger, hari buku malah dijadikan sebagai objek kegalauan. “Maaf ya buku,” hehehe

(sketsa by budi susilo)
 
Nah, sekarang, semenjak Game Online bermunculan di permukaan, sejak itulah Buku Teka Teki Silang (TTS) kemudian mulai ditinggalkan. Mungkin orang sudah jarang membaca buku, apalagi harus dibilang menjadi kutu buku.

Orang akan lebih sering datang menyaksikan layar kaca komputer atau televisi, ketimbang harus bersusah payah melihat-lihat literasi pada sebuah media kertas yang bernama buku.

Yups, mungkin untuk jaman sekarang, paling yang masih jadi favorit hanya Buku Tabungan yang selalu tetap dipegang, dan dibaca setiap saat, kapan dan dimana pun itu. Sebab Buku Tabungan itu bisa membuat sensasi para pemegangnya.

Ketika Buku Tabungan sedang tercatat bahwa rupiah sedang melimpah, maka senyum kita akan sumringah. Wajah kita akan berseri-seri, dan rasa bahagia kita akan mengembang bagai kembang indah merekah di taman kota.

Sebaliknya, saat Buku Tabungan tertulis nilai rupiah sedang melemah, maka kita seakan mendapatkan rasa gelisah dan spontan kita akan berkata-kata duka, berharap belas kasih. “Sedihnya aku. Raisopopo.”

Uh, lupakan dahulu buku tabungan itu, kita kembali ke sejarah masa silam, bahwa kehadiran kertas di tahun 200-an Sebelum Masehi di bangsa Tiongkok, diharapkan kertas menjadi media bermanfaat, bisa dibuat menjadi bentuk buku.

Sosok Tsai Lun, yang menjadikan bambu sebagai bahan dasar pembuatan kertas, mampu memberi revolusi, sebab dimulai dari langkah inilah, kemudian muncul buku-buku yang mampu membawa pengaruh bagi perubahan dunia.

Lho, tapi ingat yak. Meskipun abad milenium ini buku-buku telah membanjiri dalam kehidupan manusia, kita tetap berpegang teguh pada nilai-nilai gemar membaca dan selalu kritis.

Sebagus-bagusnya kutu buku adalah mereka yang bisa berselancar asik di atas tumpukan buku-buku, mampu sadarkan diri, hati tetap berbunga-bunga, serta berpikir kritis dan meluas. 

Bukan sebaliknya, tenggelam pada genangan buku, nalar kritis tenggelam mati tertutup. Oke, cukup sampai disini. Sekian dulu ya, Selamat Hari Buku. ( )



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I