TUKANG ES & POLITISI
Sama Wujudnya Beda Reaksinya
Politisi
di seluruh penjuru Indonesia yang mengendarai partai politik teriak
kesana-kemari, di sudut-sudut gang, jalan besar, hingga di lapangan terbuka.
“Akan
memberantas kemiskinan !,” “Akan menciptakan lapangan pekerjaan !,” “Komit
memusuhi korupsi !,” “Akan sejahterahkan ekonomi rakyat kecil !.”
Itulah
segudang kalimat kecap di musim kampanye. Partai politik yang jumlahnya
puluhan, masing-masing mengagendakan jargon membela yang lemah.
Apa
benar ya ? Jangan-jangan nanti kalau
sudah dapat kue kekuasaan, maju tak gentar membela yang membayar. Ah, sudahlah, pokoknya rakyat tak mau
terjadi seperti ini.
(sketsa by budi susilo) |
Partai
politik tahun 2014 ini masih beraneka ragam jumlahnya. Serupa dengan pengalaman
di tahun 2004 dan tahun 2009, bahkan di tahun 1955 tempo dulu, juga bak
pelangi, berwarna-warni.
Beda
saat jaman masih GBHN[1]
berlaku. Jumlah partai politik kala itu mirip bendera negara Jamaika, hanya
tiga warna. Jumlah yang sederhana toh,
yakni hanya hijau, merah, dan kuning.
Kini
di tahun 2014, piye kabare partai
politik ? Yups, lengkap sekali, partai
dari warna yang merah sampai putih tersedia. Mirip barang jualan es cream
potong yang biasa mangkal di depan gerbang Sekolah-sekolah Dasar di Kota
Jakarta.
Ah, sudahlah, tukang es potong dengan
partai politik tentu sangat berbeda. Tukang es cream potong jelas-jelas
berjualan, menawarkan barang es yang banyak pilihan warnanya.
Kita
pilih es-nya, bisa langsung dinikmati. Rasanya manis, sejuk dan segar.
Benar-benar jujur tukang jualannya, tak ingkar janji, pembuktiannya nyata. Nah kalau partai politik, coba saja anda
rasakan sendiri. Kita pilih, lalu bagaimana reaksinya.
Oke, tentu saja, kita yang punya hak
suara dan telah mencoblos, berhak pula untuk mengkritisi jika nanti politisi
yang kita pilih menyimpang dari garis-garis perjuangan.
Jika
politisi yang kita pilih dan memperoleh ‘kursi’ kemudian ia ingkar janji
terhadap kepentingan pro publik, maka kita berhak pula untuk menagihnya.
Ya,
inilah satu keuntungan kalau kita tak bersikap Golput. Selamat berdemokrasi.
Damai selalu menyertai kita semua, untuk seluruh bangsa Indonesia ! ( )
Komentar
Posting Komentar