PUTU WIJAYA DALAM LUKISAN

Lukisan Tumbuh-tumbuhan Yang Paling Rimbun  

BUKAN Putu Wijaya namanya, jika tidak Bertolak Dari Yang Ada. Pria yang lebih dikenal sebagai sutradara teater dan penulis fiksi ini juga punya talenta melukis di atas kanvas. Tak banyak yang mengira, seniman ini punya segudang talenta.

Hasil karya-karya lukisannya dipajang di Bentara Budaya Jakarta, pada Kamis 3 April 2014. Acara yang diberi tajuk “Bertolak Dari Yang Ada” ini merupakan agenda pembukaan pameran. Dan acara akan berlangsung hingga 12 April 2014.

Saya sempat datang dan menyaksikan langsung, banyak orang yang datang untuk melihat secara langsung. Kebanyakan di antara mereka yang hadir, adalah teman-teman dan sahabat Putu Wijaya di teater, produksi film, dan sahabat jurnalis.

Di satu kesempatan, hadir jurnalis senior Goenawan Muhammad yang mengungkapkan, Putu Wijaya seniman Indonesia yang produktif. Tentu ada rasa bangga, Indonesia memiliki seniman sekelas Putu Wijaya. 

Satu di antara hasil lukisan Putu Wijaya yang dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta (photo by budi susilo)

“Dia kalau lagi sakit gigi menunggu dokter datang untuk mengobati maka Putu Wijaya tak bisa diam, ia masih bisa berekspresi, menghasilkan sebuah cerpen,” ungkapnya.

Acara tersebut pun diisi pula dengan kegiatan teater singkat, yang diperankan aktor tunggal, seorang wanita. Teater ini menyampaikan pesan kebebasan hidup dengan simbol diskripsi berupa binatang burung.

Musisi ternama Indonesia Dewa Bujana dan Sruti Respati pun turut hadir, ikut menyumbang lagu, musik akustik. Satu di antara lagu yang dinyanyikan adalah lagu berjudul "Karma", yang isi lirik lagunya merupakan buah karya dari Putu Wijaya sendiri.

Saya mengamati beberapa lukisan Putu Wijaya yang ditempel di dinding tembok ruang pameran Bentara Budaya Jakarta. 

Kebanyakan dari goresan kuasnya, menggambarkan tema panorama alam semesta. Di antaranya pohon, danau, pegunungan, dan lautan. Tetapi paling banyak, lukisan yang dihasilkannya adalah gambar tumbuh-tumbuhan. ( )

Biografi Singkat
I Gusti Ngurah Putu, lahir di Puri Anom, Tabanan Bali pada 11 April 1944. Putra ketiga nomor bungsu almarhum I Gusti Ngurah Raka dan almarhum Mekel Erwati.

Di Sekolah Menangah Pertama namanya ditambah sendiri dengan Wijaya. Menulis mula-mula dengan nama G.N.P. Wijaya. Kemudian di Sekolah Menangah Atas memutuskan memakai nama Putu Wijaya.

Pendidik terakhir Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Sempat juga merasakan bangku kuliah di seni lukis ASRI dan Akademi Seni Drama dan Film Indonesia serta kursus manajemen LPPM Jakarta.

Pernah menjadi rekdatur di majalah Ekspres, Tempo, Zaman dan Warisan Indonesia. Sutradara teater, film, sinetron, pemain dan penulis. Belakangan ini banyak melukis. Mendirikan teater Mandiri pada tahun 1971. 

Motto kerjanya “bertolak Dari Yang Ada”. Menciptakan “tontonan teror mental”, kesaksian sosial yang mengajak mempertimbangkan kesimpulan, opini, bahkan keyakinan sekali lagi. Bukan untuk mencabiknya tapi membuatnya kian mantap.

Pernah membuat sinetron. Serial “Dukun Palsu' mendapat piala Vidya sebagai komedi terbaik. Membuat tiga film layar lebar yakni Cas Cis Cus, Zig Zag, dan Plong

Tiga buah sekenarionya peroleh piala Citra. Hasil karya yang dimaksud adalah Perawan Desa, Kembang Kertas, Ramadhan dan Ramona.

Ia memiliki seorang istri bernama Dewi Pramunawati dan telah dikaruniai satu anak bernama Taksu Wijaya. Mereka kini tinggal di kompleks perumahan Astya Puri Dua, Cirendeu, yang juga sekaligus jadi posko dan pusdiklat teater Mandiri. (Referensi dari berbagai sumber)


Putu Wijaya bermain teater bersama anaknya dengan judul Merdeka pada Kamis (3/4/2014). Acara digelar di Bentara Budaya Jakarta, bertepatan dengan pembukaan seni pameran hasil lukisannya. (photo by budi susilo)

Satu di antara hasil lukisan Putu Wijaya yang dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta (photo by budi susilo)

Satu di antara hasil lukisan Putu Wijaya yang dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta (photo by budi susilo)

Satu di antara hasil lukisan Putu Wijaya yang dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta (photo by budi susilo)   

Satu di antara hasil lukisan Putu Wijaya yang dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta (photo by budi susilo)

Satu di antara hasil lukisan Putu Wijaya yang dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta (photo by budi susilo)

Satu di antara hasil lukisan Putu Wijaya yang dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta (photo by budi susilo)

Satu di antara hasil lukisan Putu Wijaya yang dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta (photo by budi susilo)

Satu di antara hasil lukisan Putu Wijaya yang dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta (photo by budi susilo)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I