GO HEAD !
Berfusi Bersama
Alam
MENJELAJAH, aku berjalan kaki tanpa henti menginjak
tanah bumi, mendaki dan menuruni dataran. Go
a Head!. Aku berjalan beribu-ribu kilo, go
a head!.
Berjam-jam lamanya menerobos angin, aku melihat bulan
malam yang terang-benderang dan kadang juga merasakan tusukan terik mentari,
efek rumah kaca.
Telapak kaki aku pun menebal, betis membesar. Kaki aku
pun menjadi kuat tak kalah oleh medan jalan yang berat.
Yah, kaki aku hampir mirip
potongan atlit, tapi pastinya masih kalah dengan atlit yang asli, yang
benar-benar sebagai atlit.
Taman kampus UIN Jakarta yang hijau merindang (photo by budi susilo) |
Berputar-putar kota, memandangi gedung-gedung pencakar
langit dan berjumpa dengan kemacetan lalu-lintas, serta bertemu sapa dengan
ratusan orang yang beragam jenis profesinya.
Ya, inilah ciri kehidupan kota yang ramai dan padat.
Tak pernah sunyi, aktivitas warga sehari-hari terus menggeliat disana-sini, ada
yang indah, dan ada juga yang membuat pikiran penat.
Indahnya, orang-orang kota bekerja keras. Giat bekerja
mengejar rezeki sampai banting tulang. Indahnya lagi, warga kota selalu
berpikir kritis, rasional, dan inovatif. Namun akan penat ketika warganya
egois, pongah, dan anti sosial.
Nah, berkeliling-keliling desa, bertemu banyak
pepohonan yang rindang, gunung yang menghijau, air sungai yang gemercik dan
jernih. Lantunan melodi alamnya asik didengar, seakan dapat menentramkan jiwa.
Serta pematang sawah yang mulai menguning untuk di
panen. Dilihat dari puncak gunung, bumi bagai dilapisi karpet emas. Damai
dipandang, sungguh bersyukur bisa menempati bumi pertiwi nusantara.
Panen padi, ah
tentu tentu saja para petani akan bersorak gembira, menari ria. Sebabnya petani
akan memperoleh rupiah, dapur mengebul kencang, pasokan makanan melimpah,
rasanya lumayan untuk menambah pundi-pundi tabungan. Salam sejahterah bagi
kalian semua, petani-petani Indonesia. (
)
Komentar
Posting Komentar