KARIKATUR WARNAI MEDIA MASSA

Karikatur Warnai Media Massa

SETIAP orang pasti suka dengan seni gambar. Tak ada yang membantahnya, siapa pun itu sangat menggandrungi seni gambar. Satu contohnya gambar seni karikatur editorial, dimulai dari anak-anak hingga orang tua, pasti sangat menyukainya.

Magnet daya tarik karikatur karena dari sisi kreatif dan kelucuannya. Biasanya mereka yang melihat karikatur akan merasa terhibur, bakal dijamin tertawa perpingkal-pingkal.

Bahkan pesan yang disampaikan oleh pembuat karikatur akan lebih masuk ke alam pikiran para penikmat karikatur, ketimbang visualisasinya tertuang dalam bentuk tulisan-tulisan yang panjang dan melelahkan.

Karikatur dan penikmat gambar bergaya narsis (photo by andri kurniawan)

Di media mainstream sering banyak menampilkan sajian rubrik karikatur. Konsep yang ditawarkan berbentuk karikatur editorial. Gambar-gambar yang ditumpahkan ke media biasanya bercerita mengenai dinamika sosial yang sedang trend di jagad raya, atau sedang ramai diperbincangkan orang-orang.

Seperti di antaranya Majalah Gatra edisi Pangkas Kewenangan DPR terbitan tanggal 3 hingga 9 Oktober 2013, menyuguhkan karikatur editorial penolakan Ruhut Sitompul sebagai Ketua Komisi II DPR RI. Di karikatur ini, Ruhut dipoles menggunakan baju badut yang warna-warni.

Ruhut digambarkan seolah sedang beraktivitas, berjalan menuju sebuah pintu masuk menuju ruangan. Namun ketika Ruhut membuka pintu, spontan disambut puluhan lambaian tangan yang menyatakan ketidak setujuan Ruhut masuk ke dalam ruangan.

Gambar itu diceritakan secara jenaka dan berbeda. Bagi mereka yang memandangi hasil karyanya itu, tentu tak akan merasa jenuh. Membaca lembaran majalah terasa lebih asik, santai, dan ringan.

Media yang serupa, Majalah Tempo edisi Astaga! Label Halal terbitan 12 Februari 2014 menawarkan karikatur berselera humor. Karikatur ini berisi seorang pria yang menyerupai 'muslim.'

Pria itu digambarkan berdiri disamping tong silinder yang berisikan tumpukan lembaran uang dengan sambil melakukan cap halal di tubuh puluhan sapi. Kemudian yang membuat kelucuan semakin tinggi adalah seekor babi yang datang ke kerumunan sapi-sapi.

Hewan babi itu didiskripsikan sedang bertanya kepada pria tukang cap itu. Bercampur rasa penasaran babi bertanya, kapan dirinya diberikan label halal juga, bersama sapi-sapi.

Itulah dia, dunia karikatur seolah punya ruang dan dimensi tersendiri. Satu gambar bisa berjuta rasa. Sempat saya bertemu langsung dengan seorang karikatur editor Majalah Gatra, Fritz Pelenkahu, Kamis (20/2/2014) siang di Museum Nasional Jakarta.

Ia membenarkan bila sebuah karikatur di majalah adalah gambaran tema yang sedang menghangat di masyarakat. “Pengaruhnya (hasil karya karikaturnya) akan besar di tengah masyarakat,“ kata pria keturunan darah Minahasa ini, yang juga merupakan lulusan ilmu design dari Institut Teknik Bandung ini. ( )




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I