KARIKATUR WARNAI MEDIA MASSA
Karikatur
Warnai Media Massa
SETIAP
orang pasti suka dengan seni gambar. Tak ada yang membantahnya, siapa
pun itu sangat menggandrungi seni gambar. Satu contohnya gambar
seni karikatur editorial, dimulai dari anak-anak hingga orang tua, pasti sangat
menyukainya.
Magnet
daya tarik karikatur karena dari sisi kreatif dan kelucuannya.
Biasanya mereka yang melihat karikatur akan merasa terhibur, bakal dijamin tertawa
perpingkal-pingkal.
Bahkan
pesan yang disampaikan oleh pembuat karikatur akan lebih masuk ke
alam pikiran para penikmat karikatur, ketimbang visualisasinya
tertuang dalam bentuk tulisan-tulisan yang panjang dan melelahkan.
Di
media mainstream sering banyak menampilkan sajian rubrik
karikatur. Konsep yang ditawarkan berbentuk karikatur editorial.
Gambar-gambar yang ditumpahkan ke media biasanya bercerita mengenai
dinamika sosial yang sedang trend di jagad raya, atau sedang ramai
diperbincangkan orang-orang.
Seperti
di antaranya Majalah Gatra edisi Pangkas Kewenangan DPR
terbitan tanggal 3 hingga 9 Oktober 2013, menyuguhkan karikatur
editorial penolakan Ruhut Sitompul sebagai Ketua Komisi II DPR RI. Di
karikatur ini, Ruhut dipoles menggunakan baju badut yang warna-warni.
Ruhut
digambarkan seolah sedang beraktivitas, berjalan menuju sebuah pintu
masuk menuju ruangan. Namun ketika Ruhut membuka pintu, spontan
disambut puluhan lambaian tangan yang menyatakan ketidak setujuan
Ruhut masuk ke dalam ruangan.
Gambar
itu diceritakan secara jenaka dan berbeda. Bagi mereka yang
memandangi hasil karyanya itu, tentu tak akan merasa jenuh. Membaca
lembaran majalah terasa lebih asik, santai, dan ringan.
Media
yang serupa, Majalah Tempo edisi Astaga! Label Halal terbitan
12 Februari 2014 menawarkan karikatur berselera humor. Karikatur ini
berisi seorang pria yang menyerupai 'muslim.'
Pria
itu digambarkan berdiri disamping tong silinder yang berisikan
tumpukan lembaran uang dengan sambil melakukan cap halal di tubuh
puluhan sapi. Kemudian yang membuat kelucuan semakin tinggi adalah
seekor babi yang datang ke kerumunan sapi-sapi.
Hewan
babi itu didiskripsikan sedang bertanya kepada pria tukang cap itu.
Bercampur rasa penasaran babi bertanya, kapan dirinya diberikan label
halal juga, bersama sapi-sapi.
Itulah
dia, dunia karikatur seolah punya ruang dan dimensi tersendiri. Satu
gambar bisa berjuta rasa. Sempat saya bertemu langsung dengan seorang
karikatur editor Majalah Gatra, Fritz Pelenkahu, Kamis (20/2/2014)
siang di Museum Nasional Jakarta.
Ia
membenarkan bila sebuah karikatur di majalah adalah gambaran tema
yang sedang menghangat di masyarakat. “Pengaruhnya (hasil karya
karikaturnya) akan besar di tengah masyarakat,“ kata pria keturunan
darah Minahasa ini, yang juga merupakan lulusan ilmu design dari
Institut Teknik Bandung ini. ( )
Komentar
Posting Komentar