PENYADAPAN

Penyadapan


SUNGGUH sedap saat melihat presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono memprotes keras atas penyadapan yang dilakukan oleh pemerintah Australia kepada sejumlah pejabat negara Indonesia beberapa waktu lalu.

Saya sudah lama menanti agar presiden geram kepada tingkah laku pemerintah Australia yang seolah bertingkah pongah, bak negara super power di kawasan Asia. 

Saya menginginkan kembali, agar presiden bisa menunjukan muka sangarnya seperti halnya ketika menanggapi isu Bunda Putri atau target pembunuhan presiden oleh teroris. 

(repro budi susilo)

Dan penantian yang panjang akhirnya persiden mau juga menyatakan secara resmi di hadapan publik secara terang-terangan, Rabu (20/11/2013) di Jakarta. Sungguh lega saya, pertanda negara Indonesia masih punya wibawa.

Sebelumnya, presiden yang berlatar belakang militer ini hanya mengungkapkan kekesalannya di jejaring sosial twitter pribadinya.

Sama halnya dengan anak-anak muda, termasuk saya pribadi, kala sedang galau tak ada solusi jalan keluar, twitter-lah yang jadi bahan media curhat-nya.

Bagi saya, martabat bangsa itu adalah segalanya, yang mesti dijaga. Sebab aksi penyadapan sama halnya tindakan mencuri, sebagaimana pendapat ini yang saya kutip dari beberapa pakar geopolitik dan intelejen dari dalam negeri.

Menyantap sarapan adalah sesuatu hal yang enak dilakukan, tapi ketika berbicara penyadapan, tentu sesuatu hal yang tidak mengenakan. Bagi yang disadap, maka ini tak sedap. 

Dan bagi yang menyadap, merupakan langkah yang hebat dan sangat menguntungkan. Persoalan nantinya Indonesia dirugikan, itu bukan persoalan bagi mereka yang menyadap. 

Saya pribadi sedih, kenapa negara Australia harus sampai berbuat menyadap. Padahal ini bukan jamannya perang dunia, dimana satu sama lain harus saling sadap-menyadap. 

Budaya penyadapan di jaman sekarang sebenarnya bukan bumbu penyedap kehidupan, karena logikanya, penyadapan akan menimbulkan perpecahan setiap persahabatan yang sudah terbina baik. 

Bayangkan saja, penyadapan itu layaknya mengorek informasi tanpa permisi. Penyadapan dilakukan secara diam-diam, yang tujuan utamanya pasti untuk mencari kelemahan negara-negara yang telah disadap. 

Tapi bingung juga, kalau memang merasa tidak bersalah, kenapa pemerintah Australia belum mau menjelaskan atas temuan fakta penyadapan ke beberapa pejabat negara dan mantan wakil presiden Jusuf Kalla ya.
Itulah kalau sudah bersentuhan dengan praktek geopolitik, saya anggap sangat aneh. Segala hal persoalan yang mendera, seolah sulit, sungguh memusingkan penuh dengan intrik yang karut marut. 

Inilah resiko kalau kehidupan dunia dibatasi oleh sekat-sekat yang bernama konsep nasionalisme, yang secara pasti, tak akan pernah terlepas dari apa itu yang namanya rasa egoisme nasional bangsanya, demi tujuan menggapai negara yang maju, dan agar mampu mendominasi dunia meski harus dengan menghalalkan segala cara. ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I