GANASNYA KORUPSI

Ganasnya Korupsi
Oleh: Budi Susilo

Mencabut akar korupsi tak semudah mengkuliti hewan potong sapi. Dugaannya, mereka yang lakukan korupsi biasanya para pemain di level petinggi yang memiliki jabatan ‘bergengsi’ dan penuh godaan.

Bambang bilang, yang kini sebagai penggiat Komisi Pemberantasan Korupsi, semakin orang menjabat di kursi tingkat tinggi dan memiliki cakupan kekuasaan besar, maka peluang lakukan korupsi juga berpeluang lapang. Atau bahasa paling keren abad ini sering disebut Power Tend to be Corrupted.

Rasanya, jika di negeri ini diselimuti hama korupsi, tentu bangsa ini serasa sempit, sesak tak enak. Sulit mendapatkan suasana dunia yang tanpa batas, terhalang banyak dinding pembatas.

Jika korupsi masih mewabah, uang negara tuk jaminan wajib sekolah bagi generasi muda sirna begitu saja, karena dirampas mereka-mereka tikus rakus koruptor.

Mata uang rupiah yang belakangan melemah, Selasa (20/8/2013)_budisusilo

Andai korupsi tetap menggurita, maka warga miskin akan terus dilarang sakit. Busung lapar menjangkit. Perut para rakyat pinggir terlilit sakit. Sementara mereka yang asik duduk manis di kursi kuasa negara, berbahagia di atas penderitaan rakyat jelata.

Cukup sudah, di dalam film biografi Soekarno, Benteng Willem I Ambarawa Semarang direkayasa bak penjara Banceuy Bandung. Tetapi mengenai anggaran negara yang pertuntukannya bagi kepentingan rakyat, jangan lagi di rekayasa untuk kepentingan segelintir para pemangku kuasa negara.

Maunya, jangan ada lagi kecurangan, manipulasi dan pembodohan publik. Harus menonjolkan sifat kejujuran dalam kehidupan. Di Jepang sering dibilang Makato, yakni kejujuran, yang ibaratnya telah menjadi ‘tulang belakang’ kehidupan orang-orang Jepang. Sebab tanpa tulang belakang, aktivitas seseorang akan sulit bergerak baik.

Virus korupsi menyakiti hati nurani rakyat murba. Jika dibiarkan, kapan bangsa ini maju terdepan ? Jalan-jalan raya masih banyak berlubang. Jembatan desa masih berlapis bambu reot. Kampung pelosok tak dapat nikmati aliran listrik. Kapan kisah ini akan berakhir ? Katanya Indonesia negara merdeka.

Itulah akar korupsi. Ganasnya sebanding genosida ala jaman Adolf Hilter atau rezim komunis Kamboja era Saloth Sar. Apa tak ada jalan keluar untuk memberantasnya ? Dimana kesadaran sosial bangsa ini.

Bangsa ini jangan terus diterpa badai bencana para ‘penggadai’ kehormatan bangsa. Ini harapan perempuan tua di pinggiran kota. Sementara, bocah lugu yang masih duduk dibangku sekolah dasar punya mimpi, bangsa ini kedepan tak ingin dikenal sebagai negara 'sadis', satu sama lain sesama saudara sebangsa saling memangsa, korupsi jadi gaya hidup utama.

Sandiwara ? Tak bosan selalu bersandiwara, menguras harta negara demi ambisi pribadi dan perkaya diri membangun kroni-kroni yang merusak dan memecah kehidupan bangsa.

Ingat sejarah di tahun 1404 masehi, perang saudara antara kubu Wikramawardhana dan kubu Bhre Wirabhumi, mengakibatkan kejayaan wilayah geografis Majapahit terpecah-belah, hancur berantakan.

Angin segar, jika partai politik mampu benahi kadernya, supaya berintegritas dan berkarakter dalam membangun negeri. Karena partai politik, dianggap sebagai mesin produksi yang melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa yang dapat membawa Indonesia lebih beradab serta jaya mendunia.

Mari kita jadikan Indonesia ini rumah ternyaman bagi kita semua. Mari kita tata Indonesia agar lebih baik masa depannya, menuju nusantara yang indah dan menarik seperti paras cantiknya bidadari Papua, Christy Anggeline Jawiraka, Miss Friendship Southeast Asian 2013.  ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

CANDI GARUDA YOGYAKARTA