SERPIHAN KUNO GORONTALO 4
Klenteng Tian Hou Kiong
Klenteng Berusia 100
Tahun Lebih
Gorontalo Indonesia Kita, yang kaya akan ragam budaya dan
agama, menjadi sumber kekuatan daerah dari pecahan provinsi Sulawesi Utara ini.
Gorontalo yang dijuluki sebagai serambi Madinah, memiliki ciri luhur toleransi
masyarakat beragama. Itulah kenapa di daerah ini terdapat kelenteng milik
warga masyarakat Gorontalo Tionghoa.
Malam tahun baru Imlek warga Tionghoa Gorontalo berdoa di Klenteng. (Jongfajar Kelana) |
Klenteng atau Kelenteng merupakan
sebutan tempat ibadah penganut kepercayaan tradisional Tionghoa di Indonesia.
Di beberapa daerah, klenteng juga disebut dengan istilah tokong, yang dalam kamus artikata.com, berarti bunyi
suara lonceng yang dibunyikan pada saat menyelenggarakan upacara.
Di Gorontalo sendiri, terdapat satu klenteng yang jadi pusat kegiatan warga masyarakat Tionghoa Gorontalo. Lokasi ini ada di Jalan Sultan Hassanudin Kelurahan Biawao Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Klenteng diberi nama Tian Hou Kiong atau yang di alih bahasa ke Indonesia artinya Tulus Harapan Kita.
Klenteng Tian Hou Kiong Gorontalo tampak depan. (Jongfajar Kelana) |
Menurut, Sio Kin, Ketua Divisi Rumah Tangga Klenteng
mengatakan, usia yang sudah dimiliki klenteng ini sejak sebelum adanya
penjajahan Jepang. Era perang dunia pertama, kelenteng sudah berdiri sebagai
tempat kegiatan kebudyaaan warga tionghoa di Gorontalo.
“Kalau dihitung-hitung, kita lihat dari beberapa bagian
bangunan kelenteng itu usianya hampir seratus tahun lebih,” ungkap pria
berambut hitam lurus ini pada Sabtu 9 Februari 2013 malam.
Bagian dalam kelenteng ada beberapa bagian penyembahan yang terdapat tiga lantai. Satu
di antaranya adalah Thian Siang Bo, yang diartikan sebagai Dewi Kelautan yang
menjadi penolong bagi para nelayan kala ingin pergi melaut mencari ikan.
Klenteng Tian Hou Kiong di Kota Gorontalo (Jongfajar Kelana) |
Juga
ada
Kwan Seng Te Kun yang merupakan nama jendral perang yang melindungi
tiga
kerajaan. Ini bagi mereka dipercaya sebagai simbol kesetiaan. Dan di
lantai dua klenteng ada altar pemujaan kepada Tri Nabi Agung. Ketiganya
ini adalah Lao Tze (Lo Cu), Kong Tze (Kong Hu Cu) dan Buddha.
Tak heran saat jelang malam tahun baru imlek lokasi ini
ramai. Ini terasa pada Sabtu malam, iringan musik malam mandarin meramaikan
kampung Cina Kota Gorontalo. Sungguh berbeda malam itu, karena adalah momen
pergantian tahun dalam penanggalan kalender Tionghoa atau tahun baru Imlek.
Pintu depan Klenteng Tian Hou Kiong Kota Gorontalo. (Jongfajar Kelana) |
Malam tahun baru Imlek di Kota Gorontalo sungguh khidmat. Para
pengunjung kelenteng yang merupakan keturunan Tionghoa khusuk beribadah kepada
kepercayaanya memuja-muji dewa-dewa dan penuh pengharapan agar lebih baik.
Ditemui Wakil Ketua Klenteng Tian Hou Kiong, Hengky Kamoli
(47), menuturkan, kegiatan ibadah biasanya diawali dengan kegiatan berdoa di Hilo
Tien. “Ibaratnya sebelum masuk kelenteng kita permisi dulu dengan berdoa,”
ungkapnya.
Asesoris bagian luar Klenteng Tian Hou Kiong Gorontalo (Jongfajar Kelana) |
Keberadaan Hilo Tien berada dibagian paling depan luar
klenteng. Ukuran tingginya hampir setengah dari ukuran orang dewasa dengan
tampilan kuning emas berdesain ular naga. Di bagian tengah benda ini ada
penampung abu dupa dari para jemaat yang berdoa.
“Bagi kepercayaan kami sebagai simbol kehormatan dan
perlindungan dari segala mara bahaya. Di mana-mana, tiap klenteng itu selalu
ada Hilo Tien,” urainya.
Ia menambahkan, di bagian bawah Hilo Tien itu diberi ganjalan
kertas kuning. Biasanya disebut kertas emas yang menandakan sebagai benda yang
disucikan dan agung persembahan bagi Dewa Tua Kim. “Di taruhnya tidak langsung
di tanah tapi harus dilapisi kertas emas,” tegas Hengky.
Dua simbol naga yang berada di atap klenteng Tian Hou Kiong (Jongfajar Kelana) |
Bagi warga masyarakat Tionghoa, kelenteng Tulus Harapan Kita
sangatlah bersejarah. Keberadaan asal-usul keturunan mereka di Gorontalo
awalnya ada di tempat ini. Beranak-pinak hingga kini, warga keturunan Tionghoa
yang di Gorontalo menggiatkan di
kelenteng yang berdekatan dengan kantor pemerintahan kota Gorontalo ini.
Denting jarum jam tepat menunjukan pukul 00.00 Wita,
menandakan pergantian waktu telah bergulir. Sesuai janji, maka pihak pengurus
kelenteng memasang hiburan kembang api yang mempesona dengan durasi hampir 30
menit lebih.
Suasana persiapan jelang imlek Klenteng Tian Hou Kiong. (Jongfajar Kelana) |
Kontan aksi ini membuat pusat perhatian warga sekitarnya
untuk datang menyemut ke klenteng, termasuk para pecinta fotografer yang
tergabung dalam Masyarakat Fotografi Gorontalo.
“Momen bagus malam imlek. Untuk tambah-tambah koleksi foto
pesta kembang api Imlek. Hanya satu kali dalam setahun makanya tidak boleh
dilewatkan,” ungkap Adhiwinta Solihin, seorang pecinta fotografi dari
Gorontalo. ( )
artikel yang menarik mas Budi.. budya Pluralis yang penuh Toleransi.. salam Peace untuk gorontalo salam www.ide-vian.com
BalasHapusiya bung Vian, salam Pece juga, Ku akn coba mampir-mampir di blog mu bung, keren salam blogger
BalasHapusbesok aku berencana ke kLenteng itu,,
BalasHapusaku anak GTO,