PUASA; PUNYA ASURANSI PAHALA
Puasa; Punya Asuransi Pahala
Oleh Budi Susilo
BERUNTUNGLAH bagi mereka yang tahun 2012 ini dapat menjalankan ibadah puasa Ramadan 1433 Hijriah, karena bagi siapa saja yang khusuk (serius), menjalani ibadah di bulan ini, maka ia dijamin Punya Asuransi Pahala (puasa).
Bagi mereka yang percaya, puasa ini akan dapat jadi bekal bagi kehidupan kita semasa hidup, juga di masa mendatang di akhirat kelak.
Biasa yang selama ini hanya mengenal duniawi, mengejar banyak investasi materi seperti Asuransi, Pasar Modal, Emas dan Deposito, mari mulailah berpikir juga untuk investasi akhirat.
Mencobanya tidak akan celaka, mencari investasi untuk akhirat tidak akan mengalami kerugian, tidak butuh modal uang segudang untuk memulai investasi akhirat.
Cukup sederhana dengan berpuasa khusuk di bulan Ramadan, berkah sehat sentosa akan diperoleh. Layaknya asuransi, lewat premi puasa, kita akan terjamin keselamatan keseharian kita dan di masa depan kehidupan akhirat.
Melalui puasa khusuk, diri kita dapat mengontrol dari hal-hal negatif. Dengan berpuasa, diri kita dapat menjauh dari sesuatu perbuatan-perbuatan tercela dan inilah satu di antara ciri orang yang beriman sebagaimana disinggung dalam Al Quran Baqarah 185:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas umat-umat sebelum kamu, agar kamu bertakwa."
Secara bahasa sendiri, puasa diambil dari kata bahasa arab yang berarti Saum atau Sauwm, yang artinya menahan atau mencegah. Di Indonesia sendiri, untuk istilah yang populer dipakai adalah kata puasa, bukan Saum.
Sedangkan berdasarkan syariat agama Islam, puasa itu menahan diri dari godaan hawa nafsu dari yang halal, juga yang haram. Inilah uniknya di puasa, hal-hal yang halal saja bisa jadi haram, apalagi sesuatu yang haram.
Misalkan contoh kecil, halal yang dilarang di puasa seperti makan dan minum. Kegiatan ini tidak dapat dilakukan semasa rentang jam puasa karena apabila perbuatan ini dilakukan maka bisa membatalkan puasa. Kecuali sudah melewati masa puasa, dapat kita lakukan, sah secara hukum syariat.
Menahan hawa nafsu dalam berpuasa dilakukan dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim.
Kemanfaatan dan keberkahan yang dimiliki dalam ibadah puasa di bulan Ramadan melimpah ruah. Maka dari itu, menyesal, bagi mereka-mereka yang berhalangan menjalani ibadah puasa satu bulan lamanya.
Berjuang hidup jadi penawar jasa pengangkut barang di Kota Gorontalo_budisusilo |
Apalagi, puasa
Ramadan satu di antara ibadah yang paling spesial. Bukan bermaksud
menghitung-hitung, tapi puasa Ramadan amalan ibadahnya berlipat ganda.
Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Setiap amal yang dilakukan anak adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat."
Allah Ta'ala berfirman "Kecuali puasa, sesungguhnya puasa adalah untuk Ku dan Aku yang langsung membalasnya. (Dalam puasa, anak Adam) meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena Ku."
Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan. Hal ini disebutkan dalam HR Bukhari dan Muslim, bahwa, kesenangan itu, "Kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma kesturi."
Kita tidur siang di bulan puasa Ramadan saja dapat pahala, apalagi waktu yang ada, kita isi dengan ritual sholat wajib dan sunnah dan mengaji Al-Quran pastinya akan luar biasa nilai ibadahnya.
Belum lagi dari sisi kesehatan, kita akan jadi awet muda, karena dengan berpuasa kita dapat mengurangi kalori sehingga bermanfaat dalam mengurangi berbagai kerusakan sel tubuh.
Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Androlog Universitas Diponegoro Semarang Prof Susilo Wibowo sebagaimana dilansir oleh situs berita tribunnews.com.
Ia mengungkapkan, berpuasa bisa memperlambat efek penuaan karena dapat mengurangi kalori yang bermanfaat mengurangi berbagai kerusakan sel tubuh.
“Puasa dikenal dalam berbagai ajaran agama. Ini benar-benar menyehatkan, dilakukan karena bisa mengurangi kerusakan berbagai sel akibat oksidan karena hasil pembakaran makanan,” katanya di Semarang.
Karena itu, bagaimana untuk peroleh puasa yang benar, mencapai tingkatan yang sempurna. Sudah lama Imam Al-Ghazali membagi puasa menjadi tiga tingkatan yaitu Puasa ‘Aam sering disebut puasa umum atau orang awam. Jenis puasa ini sebatas menahan diri dari makan, minum, hubungan biologis.
Sementara berikutnya, Puasa Khusus yakni seperti puasa ‘Aam, tetapi tambahnya, menahan semua alat indera dari hal-hal yang membatalkan puasa seperti perbuatan yang kurang baik, kurang pantas, yang menyinggung atau menyakiti orang lain, atau yang sia-sia dan tak berguna.
Berikutnya, Puasa Khususil Khusus atau puasa istimewa terkhusus ada tambahan dengan puasa hati. Jenis puasa tingkatan ini menghindari dari memikirkan, mengkhayalkan atau membayangkan hal-hal yang sifatnya hedonisme duniawi.
Menjalani puasa berarti juga kita mampu melebur ke semua lapisan masyarakat termasuk warga akar rumput. Merasakan bagaimana menjadi orang yang hidup sederhana, bahkan masuk kedalam kehidupan orang yang penuh keterbatasan materi.
Ada beberapa orang yang kurang beruntung, untuk memenuhi makan dalam keseharian teramat sulit. Sehari saja ada yang hanya makan sehari, itu pun kalau ia mujur sedang memperoleh rezeki.
Melalui puasa, kita pun dapat rasakan bagaimana orang yang hidup hanya makan seadanya penuh berkecukupan. Dari sinilah, rasa solidaritas kebersamaan kita tumbuh.
Jelang puasa Ramadan 1433 H interior Mesjid Agung Baiturrahim Kota Gorontalo di percantik_budisusilo |
Dimensi ini akan menjadikan kehidupan kita lebih bernilai sosial, karena di puasa dianjurkan kita beramal sedekah. Menyisihkan kelebihan kita untuk ditransfer, kepada kaum-kaum yang kurang beruntung.
Tidak ada cerita orang bersedekah akan jatuh hina, miskin dan tertindas. Sebaliknya, orang memberi belas kasih akan masuk sebagai orang yang bermartabat berbudi luhur. Membudayakan sedekah, maka otomatis turut serta menciptakan penegakan keadilan sosial.
Kita punya cahaya ilmu terang benderang sedekahkan kepada orang yang masih dalam keadaan gelap gulita. Kita memiliki harta berlebih, berbagilah kepada kaum yang tidak berpunya miskin harta, agar ada sebuah tenaga beli yang kuat, mampu menjalankan roda ekonomi bangsa.
Bapak bangsa kita, Mohammad Hatta, dalam karya Beberapa Fasal Ekonomi: Djalan ke Ekonomi dan Pembangunan (1960), menjelaskan, "Kalau rakyat sangat miskin, tenaga buat membeli tidak ada, sehingga pasar pertukaran barang-barang industri dalam negeri sangat sempit."
Memberi ikhlas berarti melancarkan alur sistem kehidupan dan menciptakan sebuah kedamaian masyarakat yang penuh cinta kasih. Langkah ini dapat diperoleh melalui puasa yang mampu menjadi media kita untuk belajar menjadi orang yang penghasih dan penyayang.
Itulah hakikat dalam beragama Islam yang sesungguhnya. Jangan sampai kita buta akan hakikat berislam itu apa. Mantan Wakil Presiden kita, Mohammad Hatta pernah bercerita dalam sebuah karyanya, Islam dan Masyarakat (1955).
"Ibadat dan perbuatan orang Islam di atas dunia hendaklah sesuai dengan sifat-sifat yang dipujikan kepada Tuhan yang Maha Esa: Pengasih dan Penyayang serta Adil dan selalu berdiri sendiri di atas jalan yang benar. Penjelmaan dari sifat pengasih dan penyayang Tuhan itu ialah persaudaraan. Persaudaraan antara orang sebangsa dan antara segala bangsa. Betapa juga besarnya perbedaan paham antara seseorang dengan seorang, antara partai dengan partai tentang berbagai masalah hidup, persatuan bangsa tetap terpelihara, rasa persaudaraan tetap berkuasa. Selanjutnya persaudaraan segala bangsa hendaklah menjadi tujuan. Hanya di atas persaudaraan itulah bisa tercapai rukun dan damai dalam pergaulan internasional."
Itulah intisari dari berislam dalam pengertian Mohammad Hatta, pria kelahiran Bukit Tinggi, 12 Agustus 1902. Curahan religuitasnya mampu memberikan pencerahan akan posisi apa itu Islam yang sesungguhnya. Mungkin kita selama ini hanyalah mengenal Islam itu sebuah aturan kehidupan bagi umat manusia yang diturunkan oleh Allah melalui Muhammad SAW.
Tapi secara sadar atau tidak, banyak yang belum paham, karena sebagian besar banyak yang lupa dan bahkan mirisnya, ada yang sengaja tidak menjalankan aturan-aturannya (syariat). Oleh karenanya, melalui puasa di bulan Ramadan secara khusuk, dapat jadi ajang pembuktian bahwa kita sedang berislam yang benar. Selamat berpuasa, semoga keberkahan dan kerahmatan menghampiri kita, amin ya robal alamin. ( )
Komentar
Posting Komentar