ANTRE MINYAK JUGA PARADE MOBIL

Antre Minyak juga Parade Mobil
Oleh: Budi Susilo

INGIN seperti Bali, yang telah mendunia pariwisatanya, Kota Manado pun tidak mau kalah mengatur strategi dunia pariwisatanya, satu di antaranya oleh Gubernur Sulawesi Utara SH Sarundajang menggelar hajatan Asean Tourism Forum (ATF) di Kota Manado dari 8 sampai 15 Januari 2012.

Beda dengan cara Bali, mengundang seniman lukis dari berbagai mancanegara sehingga akhirnya dikenal luas masyarakat global, Kota Manado mengenalkan dunia pariwisata dengan jargon MICE, singkatan bahasa Inggris dari "Meeting (pertemuan), Incentive (insentif), Convention (konvensi), dan Exhibition (pameran)."

Penghargaan hotel hijau dari pemerintah (photo by rizky adriansyah)

Tapi toh terbukti, di tataran masyarakat bawah, selama digelar tiga hari, hiruk pikuk ATF tidak terasa, hiburan bernuansa wisata yang merakyat tak mengental. Diakui orang banyak akan lebih memilih momen Sail Bunaken seperti Agustus 2009 lalu ketimbang ATF kali ini.

Sail Bunaken warga masyarakat dapat tumpah ruah melihat parade perahu dunia bahari. Banyak orang dari dalam dan luar Manado bahkan luar provinsi dan luar Indonesia terhibur. Sebenarnya, inilah jawaban dari apa yang yang selama ini sering disebut-sebut sebagai pariwisata.

Objek di Manado terkini lebih banyak dihiasi antrian mengular derijen Minyak Tanah. Tapi apakah ini pantas dikatakan sebagai objek pariwisata, karena hal ini, mungkin, cuma satu-satunya di dunia dan unik.

Berpanas-panasan dan terkadang hujan rintik, bentuk barisan antrian tetap komit berjejer kebelakang tak buyar. Ini pun mungkin, jadi apresiasi budaya kesabaran dalam peradaban manusia juga.

Lainnya lagi di ATF 2012 ini, Manado lebih banyak perlihatkan iring-iringan parade kendaraan mobil berpelat merah dan mobil terkait dengannya, yang ditumpangi para pejabat dan pemangku kepentingan yang berniatan memajukan pariwisata se-Asean. Betul tidak ya, cuma Tuhan mungkin yang tahu.

Tapi pertanyaannya, lucukah parade mobil plat merah jadi objek wisata, apakah daya magnet hiburannya mampu mengalahkan pesona pawai parade bunga Tomohon Flower Festival beberapa tahun lalu.

Belum lagi di lokasi berbeda, sebuah bangunan gedung megah abu-abu yang berada di Jalan Manado Bitung, Paradise Product Center sunyi senyap tanpa ada aktifitas satu pun.

Padahal di awal tujuan pembangunan tempat ini digadang-gadangkan menjadi pusat lokasi jualan barang-barang kerajinan seni budaya dari Sulawesi Utara.

Ketika, Selasa (10/1/2012), menyambangi lokasi, sekilas pengamatan dari luar komplek gedung tampak lahan parkir yang luas sepi tanpa ada kendaraan bermotor satu pun yang memarkirkan.

Rerumputan menghijau yang tumbuh sudah mulai melebat tinggi dan jalan dibagian arah kanan pintu gerbang masuk, terlihat gundukan pasir untuk paving block.

Melewati pintu gerbang disebuah pos penjagaan gedung, security berjenis kelamin pria menyapa, "Ada yang bisa dibantu, ada keperluan apa," tuturnya dengan wajah penasaran saat itu.

Sekarang di gedung ini sedang tidak ada kegiatan apa pun, karena masih dalam tahapan renovasi. "Masih ada beberapa bangunan yang diperbaiki. Jalan paving block akan dirombak lagi," tegasnya.

Gedung Paradise Product Center Manado (photo by budi susilo)

Semenjak diresmikannya pada November 2011, kegiatan gedung seperti pameran jualan barang- barang kerajinan dan kesenian budaya Sulut sudah tidak ada lagi. "Saya tidak tahu kapan akan diadakan lagi, mungkin menunggu selesai pembangunannya," katanya.

Saat mencoba lebih dekat ke Gedung Paradise Product Center, terlihat dari balik kaca pintu masuk gedung, hanya tampak beberapa karangan bunga ucapan atas diresmikannya Paradise Product Center.

Catatan riwayat gedung ini, sepengetahuan Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kota Bitung, Vera Manoppo, Kamis (24/11/2011), Paradise Center adalah pusat produk hasil karya lokal Sulut. "Dipamerkan beragam banyak hasil kerajinan maupun makanan khas lokal," tuturnya yang saat itu sedang di Wispel Bitung.

Bahkan sebagai gebrakan awal peresmian, beberapa pemerintah kabupaten kota di Sulut membuka stand pameran produk hasil karya kerajinan dan seni daerah di gedung beratapkan warna coklat ini.

Semisal pemerintah daerah Sangihe, melalui Kepala Bidang Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sangihe, Sonny Kapal menuturkan, daerahnya menawarkan produk furniture bambu berciri khas alami asli dari Sangihe.

"Bahan bakunya diambil dari Sangihe, satu-satunya di Indonesia. Orang Sangihe biasa namakan bambu bulu cina, baru pertama buka sudah ada orang yang berminat," ungkapnya kala itu.

Terpisah, melalui telepon genggamnya, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Sulut, Albert Assah mengungkapkan, keberadaan gedung Paradise Center untuk sementara diberhentikan karena pemerintah sedang berupaya melibatkan pihak swasta untuk mengelolanya.

"Selama ini biaya perawatan gedung dan operasional memakai APBD, makanya kami akan coba libatkan swasta agar tidak lagi pakai uang APBD," tuturnya.

Diakui juga, keberadaan gedung tersebut akan tetap terus berkelanjutan, kedepan seolah menjadi gedung serba guna. "Bisa juga misalnya jadi tempat gelaran pesta perkawinan," kata Assah.

Apa pun itu namanya, Sulawesi Utara, terkhusus Kota Manado harus mampu berikan kesan bagi siapa pun itu orangnya. Jadikanlah semua orang yang mendiaminya berdecak kagum, saking bangganya dan merasa nyaman serta aman menghuni, nantinya akan merasa selalu ingin kembali mendatanginya.

Seperti halnya diungkapkan presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno pada Bali, yang saat itu berkata "Pergilah ke Bali sebelum Kau mati." Maka itu, menurut saya, "datangilah Manado selama kau masih berkesempatan hidup." ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN