BUS METROMINI TANGERANG JAKARTA 2
Penumpang Linglung
Untuk
yang kedua kalinya, saya kembali naik bus Metromini tanpa ada kondekturnya.
Naik bus mini ini tanpa sengaja tiba-tiba secara sadar tanpa ada kondektur,
Rabu (9/10/2013)
Oktober
ini yang kedua kalinya. Apa yang terjadi ini ? Kesannya seperti kekurangan
tenaga kerja saja. Saya naik bus Metromini jurusan BlokM-Ciledug, persis di
depan gedung GOR Bulungan pada pukul tujuh malam waktu Indonesia barat.
Awalnya
bingung, ada yang berteriak-teriak tawarkan jasa angkutan tetapi tidak ada
wujud fisik seseorang. Tanpa sungkan dan berpikir panjang, saya langsung naik ke
bus Metromini. “Ciledug, ciledug, ciledug !,” begitulah suara teriakannya dari dalam bus.
![]() |
Bus Metromini masih menjadi andalan sebagai alat angkutan umum masyarakat Kota Jakarta (photo by budi susilo) |
Saya
baru sadar jika bus tidak ada kondektur ketika bus sudah berjalan sekitar tiga
kilometer. Ada seorang penumpang perempuan duduk dibangku paling belakang,
berkeinginan turun di Pasar Kebayoran Lama tetapi agak bingung. “Mau turunnya
bagaimana nih. Tidak ada kenek,” tuturnya.
Perempuan
berambut lurus panjang itu pun langsung ke arah depan, menuju kursi kemudi
untuk membayar sekaligus memohon untuk diberhentikan di Pasar Kebayoran Lama.
Dan akhirnya, sukses, tiba dengan selamat di tujuan.
Janggal
jika bus transportasi tanpa dilengkapi kondektur. Karena peran kondektur
sendiri penuh manfaat. Sekelas bus Transjakarta yang punya konsep baik saja
masih memerlukan peran kondektur.
Dilihat
dari fungsinya, kondektur itu pemberi petunjuk alamat bagi penumpang dan
membantu supir dalam segala hal, seperti dalam penarikan ongkos penumpang.
Nah,
bus Metromini yang satu ini banyak akal. Supirnya memanfaatkan kemacetan di
Pasar Cipulir Jakarta Selatan untuk menarik ongkos para penumpang.
Secara
tidak sengaja, momen penarikan uang penumpang oleh supir itu di iringi
lagu-lagu dangdut pop dari gurp pengamen yang berjumlah empat orang.
Hitung-hitung jadi hiburan selingan bagi supir di tengah kesendiriannnya dalam
bekerja.
Pada
kesempatan ini, bus dan supir yang saya temui, sangat berbeda dengan yang
sebelumnya di hari Minggu (29/9/2013). Persamaannya hanya kerjanya saja yakni
tanpa ada kelengkapan seorang kondektur.
Padahal
saingan-saingan lainnya masih menggunakan kondektur. Dilihat juga
perbandingannya, yang menggunakan kondektur ternyata lebih banyak penumpangnya,
padat berjubel.
Tapi
jangan salah sangka, bisa saja ditengah kesendirian supir bekerja, penghasilan
pendapatannya pasti sungguh luar biasa, karena hanya dinikmati supir seorang
tanpa harus berbagi dengan kondektur. Selamat dan salam sejahterah bagi supir
itu. ( )
Komentar
Posting Komentar