KONSPIRASI KEMAKMURAN

Konspirasi Kemakmuran
Oleh: Budi Susilo

LEBARAN Idul Fitri sudah lewat. Dulu di nanti-nanti oleh bangsa Indonesia sampai dibela-bela puasa sebulan penuh hingga mudik ke kampung kelahiran meninggalkan daerah perantauan.

Sekarang lembaran harian sudah berganti. Bangsa Indonesia sekarang sedang menunggu pemilu (pemilihan umum) di tahun 2014 nanti. Waktu yang tidak lama, hitungannya satu tahun lagi jika diukur dari tahun 2013 ini.

Melalui pemilu bangsa Indonesia memiliki segudang harapan berupa perubahan yang lebih baik. Wakil-wakil rakyat yang terpilih mendapat amanat, guna membawa perbaikan bagi negara dengan ‘wajah’ (ideologi) dan ‘jubah’ (visi misi) baru.

Begitu pun melalui pemilu, bangsa Indonesia nanti akan merasakan presiden RI baru, mengingat pria jebolan militer yang berdomisili di Cikeas itu, tak ada lagi kesempatan untuk mencalonkan diri sebagai presiden di 2014 nanti. Sudah dua periode, aturan di konstitusi SBY tak boleh lagi minta nambah[1]

Sejauh ini di dalam layar kaca survei politik, ada nama-nama baru di panggung politik persiden RI, seperti ada nama Jokowi, Dahlan Iskan, Anis Baswesdan, Rhoma Irama, Mahfud MD, SH Sarundajang dan Gita Wirjawan.


Rakyat maunya presiden yang super beda. Presiden yang punya tanggungjawab, berani, non elitis dan berkarakter pemimpin kuat, bak Supermen[2] sang penegak kebenaran dan keadilan. Ha hi hu he ho

Intinya melalui pemilu nanti, para serdadu legislatif dan presiden sang jongos rakyat mampu menggiring seluruh rakyat masuk ke dalam ‘konspirasi kemakmuran[3] negara. Yah, melalui cara konspirasi[4] gituh, bisa dipahami, kan. Ha hi hu he ho
 
Giringnya pun jangan segilintir golongan saja, jangan sekedar niat saja, semangatnya setengah-setengah, apalagi sama sekali tidak menggiring, malas bergerak, ini namanya sudah celaka ‘tiga belas’[5]. Nanti mereka yang memilih bakal kecewa, kesehariannya akan terus dirundung kegalauan. Ha hi hu he ho   

Kewajiban bagi seorang legislator dan presiden adalah untuk membawa Republik Indonesia ini ke gelanggang ‘konspirasi kemakmuran’ di belantika kehidupan bangsa-bangsa seluruh dunia. 

Tanpa alasan, hal itu wajib dilakukan. Jika tidak, lebih baik pergi ke kamar mandi, cuci kaki, gosok gigi, lalu ke ranjang, kemudian berdoa dan tidur nyenyak saja di dalam kamar. Tidak perlu jadi politisi negarawan, kalau hanya bisa merepotkan dan hanya pandai menghabisi uang anggaran negara secara mubazir.

Karena itu, untuk menciptakan pemimpin yang berkualitas dan totalitas, diperlukan proses demokrasi yang apik, jujur, adil dan rahasia, serta netral bagi para pegawai negeri sipil (PNS) dan tentara kita.

Memang sih, PNS dan TNI[6] sudah berjanji dan menjamin akan Netral dalam pemilu, tapi ENO (drumer)[7] apakah akan menjamin Netral dalam pemilu legislatif dan presiden nanti. Ha hi hu he ho

Tentu saja, sekarang jaman sudah beda, bukan lagi jamannya “asal bapak senang”[8].  Meminjam bahasa John Keane, profesor politik dari Universitas Westminster Inggris, era reformasi ini sudah memasuki jaman monitory democracy[9].

Maksudnya, sebuah era demokrasi, dimana masyarakat sipil tidak sekedar sebagai penonton, namun juga sebagai kekuatan vital yang mengontrol, mengawasi, dan mengepung seluruh lokus kekuasaan.

Nah, sekarang ini, mari kita berpikir kembali ketika memilih pemimpin dalam pemilu nanti, yang patut diupayakan adalah harus menggunakan akal rasional. Kita harus ekstra keras untuk berpikir terhadap calon-calon mana yang akan dicoblos nanti.

Sebab jika manusia berpikir keras, tentu akan memberikan ‘efek kejut’ bagi akal rasional, yang ujung-ujungnya nanti akan memperlancar proses ‘metabolisme’ pemikiran dan dapat menemukan sosok pemimpin yang mampu membawa bangsa ini kepada ‘konspirasi kemakmuran’.  Ha hi hu he ho

Sederhana saja, bila memilih legislator jangan orang yang seperti sarjana-sarjana pengangguran putus harapan tuk dapat pekerjaan. Mengingat belakangan ini job fair dan semacamnya sedang menjamur. Dibuka sejak pagi, antriannya sudah panjang, peminatnya membludak, serupa antrean caleg di parpol-parpol Indonesia. Ha hi hu he ho

Juga presidennya jangan pilih yang punya catatan keseharian gelap gulita. Jangan hanya yang jago bergaya pamer bulu dada, apalagi hobi melanggar hak asasi manusia, menculik aktivis organisasi serta mahasiswa.

Pilih presiden yang menggendong ruh jongos rakyat, membela kaum marginal, mengangkat derajat bangsanya, dan mampu mengharumkan negaranya di kancah internasional. Silahkan berpikir dari sekarang, sebelum memilih nanti, Indonesia rumah kita. ( )



[1] Nambah adalah bahasa yang di ucapan oleh oral yang pengertiannya adalah tambah. 
[2] Tokoh superhero dalam serial komik buatan negara Paman Sam.
[3] Kosa kata unik dari Vicky Prasetyo yang merupakan mantan tunangan sekaligus ‘musuh’ dari penyanyi dangdut Zaskia Gotik
[4] Memiliki arti kata komplotan, persengkokolan.
[5] Angka tiga belas selalu identik dengan nasib sial, tidak beruntung, selalu mendapat bencana.
[6] Tentara Nasional Indonesia
[7] Nama lengkapnya Eno Gitara Ryanto personel Netral Band yang mengambil posisi sebagai drummer.
[8] Ungkapan ironi bagi jaman Orde Baru. Kata ini mengandung arti sikap manis yang sekedar untuk menyenangkan sang penguasa saat itu.
[9] Lihat lebih rincinya di buku John Keane, The Life and Death Democracy (2009).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

MACACA NIGRA PRIMATA SEMENANJUNG MINAHASA I

CANDI GARUDA YOGYAKARTA