JAMAN PEREMPUAN
Jaman Perempuan
Oleh: Budi Susilo
Perempuan itu
punya peran, seperti dalam cerita tokoh komik dari negeri Paman Sam bernama Wonder
Woman. Perempuan jaman sekarang, enggan dikucilkan, apalagi disingkirkan dalam
ranah publik.
Partisipasi
perempuan era kini tidak lagi diragukan. Ada satu dua orang perempuan yang
punya jam terbang tinggi, telah banyak makan asam garam dalam perjalanan
kehidupan fana ini.
Bagai badai
merintang menerjang dengan garang, perempuan kini tak gentar mempertahankan kedaulatan hak-hak dan
kewajiban yang telah dimilikinya. Siapa berani mencoba merenggutnya, maka siap-siap saja berhadapan dengan
jeratan hukum berpayung Hak Asasi Manusia.
Bolehlah pada
jaman masa kolonial Belanda dan Jepang, perempuan jadi objek penindasan. Namun
cerita dahulu, tentu berbeda dengan abad ini, perempuan mempunyai emansipasi dan
pendukung perjuangan dari segala arah mata angin.
Kehidupan
jaman Kartini, Cut Nyak Dien, Walanda Maramis dan perempuan-perempuan hero
lainnya pada masa silam itu sangat berbeda pada era yang penuh dinamika seperti
hari ini.
Tantangan
jaman dan medan berat kehidupan adalah soal bagian tuntutan kehidupan yang
harus dihadapi para perempuan. Sebab Kartini dulu, telah mengajarkan, bahwa Habis Gelap Terbitlah Terang.
Makna ajaran
Kartini tersebut ialah, segala persoalan kehidupan itu tidak pernah ada, yang
tidak bisa dituntaskan. Sebab suatu hari nanti, masa kegelapan itu akan sirna,
menjemput dan akan merasakan masa pencerahan dan kegemilangan.
Lihatlah di
layar kaca berita atau tulisan koran harian. Ada saja Tenaga Kerja Wanita asal
Indonesia dapat penyiksaan dari para majikan yang masih memiliki jiwa
perbudakan di luar negeri sana.
Sebenarnya
tidak bisa dibiarkan, karena perempuan itu ialah insan ciptaan Tuhan, yang
tidak bisa didiskriminasikan dalam perjagadan kehidupan yang kini penuh
tantangan jaman.
Maka hari
ini dan ke depan nanti, perempuan harus disamakan dalam memperoleh pendidikan
yang mapan, seperti kaum adam. Pasalnya, kesan pada perempuan masih saja ada orang-orang
yang meniadakan pendidikan formal kaum perempuan.
Yang penting
itu, perempuan cukup kuasai soal ranah ranjang, dapur dan kamar. Pergerakan ini
tidak lagi cukup tenar dikalangan warga perkotaan juga di lingkup pedesaan
tertentu.
![]() |
Perempuan karir Kepala Bappenas RI Armida Alisjahbana (photo by budi susilo) |
Perempuan
dan dari sebagian kaum lelaki, telah ada yang menyadari, bahwa pendidikan tinggi
bagi perempuan itu, hal pokok dan terpenting, agar perempuan mampu berpikir kreatif dan
inovatif, serta tidak ada lagi pendindasan dan mampu memberikan partisipasi bagi
kemajuan peradaban.
Ini jaman
perempuan, memiliki peran dalam perjuangan. Bukti konkrit, Indonesia pernah
punya presiden dari wanita bernama Megawati, juga punya mantan menteri keuangan Republik Indonesia bernama
Sri Mulyani yang kini telah melambungkan namanya di dunia internasional karena bekerja
di Bank Dunia.
Masih banyak
lagi tokoh-tokoh perempuan di Nusantara ini yang tidak bisa disebutkan satu
persatu dalam perannya mengisi kemerdekaan Republik Indonesia. Meyakini, di
pelosok-pelosok kota dan desa, pasti ada rekaman wanita-wanita ‘perkasa’ yang
belum terungkap perannya dalam memberikan nilai-nilai kebaikan bagi keluarga,
bangsa dan negaranya.
Kaum perempuan
punya peran, layaknya mesin kendaraan 4WD, perempuan mampu memberikan daya
kekuatan laju pergerakan di jalur yang memberatkan. Bayangkan bila perempuan
tidak ada dalam kehidupan, maka menjalani kehidupan di medan berat seperti membawa
kendaraan 2WD.
Sungguh sangat
sulit, boros dan melelahkan, akan sukar meraih cita-cita harapan dan tujuan
yang akan dicapai. Karena itu, mari kita semua dukung peran perempuan demi kemajuan
setiap kaum insan, supaya tercapai sebuah kejayaan negeri Indonesia. ( )
Komentar
Posting Komentar